Doa Bersama Sampaikan Amanat Masyarakat Riau Kepada Tuhan YME
Jumat, 30 Desember 2011
Mengungkap Potensi Wisata Sekitar Sungai di Riau
Doa Bersama Sampaikan Amanat Masyarakat Riau Kepada Tuhan YME
Kamis, 20 Oktober 2011
River Defender Kembali Beraksi
Minggu, 17 April 2011
Berapakah kebutuhan air yang dibutuhkan untuk membuat secangkir kopi.....
http://sains.kompas.com/read/2011/03/22/19214248/Secangkir.Kopi.Perlu.140.Liter.Air
Jumlah tersebut cukup mengagetkan. Namun hal itu bisa menjadi cerminan bahwa pemakaian air dalam bidang pertanian, industri, dan konsumsi masyarakat tak terkirakan. Contoh lain, menyajikan secangkir teh memerlukan 35 liter air dan menyajikan 1 kg nasi memerlukan 3.000 liter air.
Untuk melihat dan mengontrol konsumsi air, pada tanggal 28 Februari 2011 lalu Global Water Footprint Standard merilis catatan terbaru. Catatan yang merupakan standar tersebut dikembangkan oleh Water Footprint Network dengan 139 partner, ilmuwan dari Universitas Twente, Belanda, serta kalangan LSM, perusahaan, dan pembuat kebijakan.
Minggu, 03 April 2011
BONO "TUJUH GELOMBANG HANTU"
Senin, 28 Maret 2011
Hari Air Sedunia, Entah Untuk Siapa?
Selasa, 22 Maret 2011
RIP CURL Saja Tertarik Dengan Gelombang Bono!!
Kamis, 20 Januari 2011
Penyerahan Kangkung Secara Simbolis Kepada Pekanbaru Medical Center (PMC)
Aksi ini didasarkan atas kegiatan River Defender yaitu Susur Sungai Sail mulai dari hulu sampai ke hilir yang dilaksnakan pada 31 Januari 2010 – 2011. Begitu banyaknya kondisi dan perubahan yang terjadi dengan sunga sail. Selain sampah yang berasal dari limbah rumah tangga, banyak juga aktivitas manusia yang menyebabkan kondisi sungai sail saat ini, begitu juga dengan limbah yang berasal dari industri-industri yang membuang limbahnya ke sungai sail. Secara kondisi dan situasi telah banyak perubahan yang terjadi di sungai sail. Disadari atau tidak banyak masyarakat sekitar sungai yang memanfaatkan sungai sebagai sumber ekonomi seperti pencari ikan, siput dan cacing sutra bahkan sampai dengan petani sayur kangkung yang memanfaatkan sungai sail sebagai tempat bercocok tanam.
Namun saat ini, semua itu sudah mulai susah untuk didapatkan karena sungai sail sudah terlalu banyak terkontaminasi dan berubah akibat kondisi yang tidak lagi mendukung. Hanya yang masih tersisa orang yang mencari ikan dan petani sayur kangkung yang produktivitasnya sudah mulai menurun setiap harinya. Sebagian besar masyarakat kota pekanbaru mengkonsumsi sayur kangkung yang berasal dari sungai sail. Ketika ini sudah terkontaminasi, artinya akan berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat pekanbaru. Dimana Pekanbaru Medical Center juga termasuk dari sekian banyak industri yang berkontribusi terhadap perubahan kondisi sungai sail ini.
Maka dari itu sudah seharusnya kita semua peduli terhadap kondisi sungai sail yang sangat mengkhawatirkan ini. Dengan kangkung ini sebagai simbol untuk memberikan himbauan dan ajakan untuk kita peduli terhadap sungai sail. Begitu banyak perusahaan yang berkontribusi terhadap perubahan yang terjadi di sungai sail harusnya bisa lebih peduli dan tidak hany mementingkan keuntungan dari usaha mereka saja. River Defender mengajak seluruh masyarakat kota pekanbaru untuk bersama-sama melakukan aksi peduli terhadap sungai sail. Dan kita meminta tegas tanggung jawab Walikota Pekanbaru terhadap kondisi sungai sail ini.
Sungai Ku.... Masa Depan Ku .....
Sabtu, 15 Januari 2011
Kangkung Air Sail
Kangkung adalah salah satu tumbuhan air yang hidup di perairan sungai Sail selain rumput dan enceng gondok, tetapi kankung bukan tumbuhan liar yang berada di perairan sungai, kangkung dengan sengaja di budidayakan oleh petani kangkung.Bapak Taruji adalah petani kangkung yang sukses yang telah mensarjanakan anak lelakinya di Universitas Riau.
Sebelas tahun yang lalu kangkung Pak Taruji di budidayakan di genangan air yang berada di sekitar bantaran sungai, yang memanfaatkan air pasang surut sungai Siak yang sampai kedalam aliran sungai Sail. Pada tahun 2005 dilakukan pengerukan dasar sungai Sail oleh pemerintah Pekanbaru sehingga bantaran sungai menjadi lebih tinggi, hal ini membuat Pak Taruji berpikir keras dalam membudidayakan kangkung air yang tidak lagi mendapat suplai air dari pengaruh pasang surut air sungai. Muncul ide membudidayakan kangkung langsung di aliran sungai, pada awalnya kangkung di ikat di tiang yang di tegakkan di aliran sungai namun belum dikatakan berhasil karena jika air sungai pasang maka kangkung akan tenggelam di dalam air sehingga tidak dapat di panen, namun hal ini tidak mematahkan semangat Pak Taruji untuk terus memegang jabatan sebagai petani kangkung. muncul ide baru, kangkung di budidayakan diatas rakit yang terbuat dari 2 batang bambu yang di ikat di tiang yang di tancapkan di sungai, inovasi ini mampu mengatasi masalah naik turunnya air di di sungai, karena rakit mampu mengikuti pergerakan air. Satu rakit menanggung beban kangkung seluas 2 m x 7-8 m rambatan kangkung.
Kangkung Pak taruji mampu menyuplai kebutuhan sayur di pasar Sail sebanyak 70 ikat perhari secara kontinu (Ready Stock), harga Kangkung Rp. 500/ikat yang dilepas ke pedagang Pasar Sail langganan Pak Taruji. Kangkung di panen pada siang hari sebelum zuhur dan sore hari sebelum maghrib.
Sebagai petani kangkung Pak Taruji merasa bangga dengan apa yang telah ia capai, sebelum membudidayakan kangkung Pak Taruji adalah pencari sifut di aliran sungai sail, dalam satu hari 30 kg sifut yang berhasil di kumpulkan dari sungai, harga sifut pada waktu itu adalah Rp. 5000/Kg yang dijual sendiri di pasar Kodim Pekanbaru, namun saat ini Pak taruji tidak lagi bisa mencari sifut, karena sifut-sifut itu telah menghilang tidak tau kemana, sangat sulit dicari, jangankan untuk di jual, untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja sudah tidak bisa lagi, Kata Pak taruji sifut itu pergi setelah pembangunan rumah sakit yang berada lebih ke hulu dari tempat Pak taruji. Apakah nasib Kangkung sungai Sail akan sama dengan Nasib sifut sungai sail, atau apakah ini cobaan dari Tuhan terhadap Pak Taruji, hanya pemerintah yang tahu, saya rasa, tapi saya pikir Pak taruji lebih pintar.
Pak Taruji mulai sedikit mengeluh dengan kondisi air sungai yang selalu tidak baik, karena air sungai yang buruk mengganggu pertumbuhan kangkung, yang paling parah biasanya bila hujan lebat turun setelah satu minggu lebih tidak terjadi hujan di kota pekanbaru menyebabkab banyak sampah yang datang menghampiri rakit-rakit tempat kangkung tumbuh dan cairan seperti oli yang menempel di batang dan akar kangkung, hal ini menyebabkan kangkung air menjadi layu dan menguning sehingga tidak layak untuk di jual, kata Pak Taruji.Ternyata hama kangkung air Sail cukup unik bukan serangga atau ulat melainkan oli dan sampah.