Rabu, 22 September 2010
Peselancar Dunia Arungi Bono di Semenanjung Kampar – Indonesia
Pesona gelombang pasang bono yang dimiliki kawasan Semenanjung Kampar ternyata mampu membius Antony Colas (Perancis), Fabriece Colas (Perancis), Patrick Audoy (Perancis), Eduardo Bage’ (Brazil), Maxence Fayras (Kameraman TV Calasa Perancis), keempat peselancar dunia ini memang merencanakan untuk mencoba berselancar diatas bono di kawasan Semenanjung Kampar Propinsi Riau. Sebelumnya mereka juga telah melakukan aktifitas yang sama di beberapa fenomena alam bono di beberapa tempat di belahan dunia. Seperti halnya Eduardo Bage’ peselancar asal Brazil ini, di negara asalnya juga terdapat bono namun ombak yang dihasilkan cenderung lebih besar. Pada kesempatan kali ini mereka disuguhkan dengan dengan ketinggian ombak sekitar ± 1,5 m. Menurut Akhwan Binawan selaku Koordinator River Defender, ia memang telah dihubungi oleh Anthony melalui situs jejaring sosial, untuk berkunjung ke Propinsi Riau. Namun Akhwan menjelaskan, bahwa bono di Kab. Pelalawan tersebut mencapai titik puncak ketinggian ombak pada sekitar bulan Desember nanti. Namun Antony menganggap ketinggian yang hanya berkisar 1,5m tersebut begitu berarti. Karena jadwal kedatangan yang berdekatan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri 1431 H, River Defender menurunkan personil sebanyak delapan orang, terdiri dari, Akhwan Binawan, Rahmad Sentosa Harahap, Dedi Admi, Arga Saputra, Sukarno, Suryadi Natalis, Yoyon Mujiono dan Q-Wienk. Masing-masing memiliki kemampuan di bidang operator boat, teknisi, dan penerjemah. Karena secara kebetulan Antony dan rekan-rekannya belum menguasai bahasa Indonesia secara fasih.
Anthony dan rekan-rekannya tiba di Pekanbaru pada tanggal 5 September 2010 , dengan membawa perlengkapan mereka dan langsung di jemput tim River Defender di Bandara SSQ II untuk selanjutnya bermalam di kota Pekanbaru, karena esok hari mereka akan bertolak menuju Kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau. Secara khusus Eduardo Bage’ mengatakan kegiatan ini memang sudah mereka rencanakan, Bage’ dan rekan-rekannya tersebut berhasil membuat keputusan untuk berangkat setelah melihat profil River Defender yang di akses melalui situs jejaring sosial.
Setibanya di lokasi, Tim River Defender beserta rombongan segera mempersiapkan perizinan dan sedikit observasi bersama Bage’ dan rekan-rekannya. Keesokan harinya dengan di pandu oleh dua unit Rubber Boat yang telah disiapkan River defender, mengawali aktifitas mereka yang cukup ekstrim tersebut. Suhu di lokasi yang mencapai 42° ini tak menghalangi niat lima warga asing tersebut, hingga kulit wajah mereka mengelupas oleh teriknya sinar matahari. Antony terlihat sangat serius mengarungi bono di lokasi ini, mukanya telah diolesi dengan masker menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat sekitar Teluk Meranti, Antony, Patrick, Fabriece dan Bage’ menghabiskan waktu seharian berselancar di hari pertama dan kedua kunjungan mereka.
Memasuki hari Ketiga, mereka berlima seperti terlihat sudah menjadi bagian dari warga setempat, karena antusias warga untuk melihat langsung aktifitas mereka makin membuat mereka bersemangat. Alhasil Bage’ berhasil mengajak salah seorang anak kecil penduduk Teluk Meranti bernama Syawal untuk dapat bergabung bersamanya dalam satu papan selancar, dan momentum ini justru tidak disia-siakan olehnya. Beberapa momen foto pun terlihat sangat indah. Tak mau kalah, Maxcence Fayras, seorang Kameraman TV Calasa Perancis, juga telah beraksi dengan kameranya, berbagai momen berharga dari rekan-rekan terabadikan dengan baik. Mulai dari keadaan alam hingga beberapa gambar aktifitas selancar rekan-rekannya menjadi sebuah kenangan indah. Menurut Fayras potensi alam yang dimiliki daerah ini sangat baik untuk di kembangkan kedepannya, karena beberapa atlit selancar dunia mulai melirik bono sebagai salah satu media mereka berekspresi. Memang ada yang berbeda ketika berselancar pada ombak di lautan, untuk fenomena bono yang unik ini justru harus memiliki keahlian khusus, tentu saja ini mereka (rekan-rekannya) dapatkan melalui jam terbang yang tidak sedikit. Menurut Fayras timnya mencatat sekitar delapan puluh bono yang sudah mereka coba dan tersebar di berbagai belahan dunia. Di Indonesia saja, menurutnya terdapat dua buah situs ombak bono yang mereka tahu, dan keduanya terdapat di ropinsi Riau. Terlebih ketika kita ingin melakukan kegiatan berselancar di bono, juga harus melihat waktu-waktu tertentu. Hal ini menambah persentasi dari tantangan mengarungi bono tersebut.
Usai kegiatan, semua tim beristirahat dan menginap di penginapan Mega Lestari. Sebuah penginapan yang terletak sangat dekat dengan pemukiman warga desa. Aktifitas malam hari mereka lalui dengan berinteraksi bersama penduduk desa melalui pemutaran film-film aktifitas berselancar, apalagi mereka menyuguhkan saat-saat dimana Antony dan rekan-rekannya berselancar di Negara mereka. Warga pun semakin penasaran, hingga akhirnya pada hari keempat Antony dan rekan-rekan tergerak untuk memperkenalkan kegiatan berselancar kepada warga desa tersebut. Dengan mengajarkan beberapa teknik berselancar hingga prakteknya di lapangan. Sungguh sebuah petualangan yang mengasyikkan papar Bage’. Menurut salah seorang warga di desanya tersebut ada sebuah tradisi turun-temurun dimana pemuda melakukan aktifitas mengarungi bono dan dikenal dengan nama “Bakudo Bono”. Namun hanya teknisnya yang agak berbeda. Pada dasarnya pemuda disini cukup memiliki keahlian dalam mengarungi bono, papar Akhwan. Di Teluk Meranti sendiri, ketika pasang bono, warga dapat mengarungi ombak tersebut hingga puluhan kilometer jauhnya. Tentu saja dengan ciri khas atraksi tradisional yang harus di pertahankan.
Akhirnya setelah enam hari efektif melakukan kegiatan di bono tersebut, tepatnya tanggal 13 September 2010, semua tim bergerak pulang menuju kota Pekanbaru. Dan sebelumnya tak lupa berpamitan atau sekedar mengabadikan foto untuk kenang-kenangan bersama dengan perangkat desa dan warga setempat. Menurut Antony dan rekan-rekannya jika masih ada kesempatan mereka akan berencana untuk kembali lagi pada saat ombak bono meningkat, kira-kira seperti yang telah dikatakan Akhwan pada bulan desember. Ya, tentu saja ketika kesempatan ada, kenapa tidak? Komentarnya, dengan senyuman hangat. Pengalaman beberapa hari berselancar di Teluk Meranti sungguh sebuah momen yang tak terlupakan. Dengan menggunakan tiga unit mobil seluruh tim bergerak menuju kota Pekanbaru, karena Antony dan rekan-rekannya harus mengejar keberangkatan pada esok harinya untuk kembali ke Negara masing-masing.
Kawasan Teluk Meranti sendiri secara geografis terletak di Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau, dengan keadaan tanah berjenis rawa gambut dengan kubah gambut kaya karbon. Rata-rata warga Teluk Meranti berprofesi sebagai Nelayan dan petani, selain itu kawasan tersebut juga memiliki keanekaragaman hayati yang unik. Bagi individu atau komunitas yang senang berselancar, ketika waktu santai dapat berkunjung dan mencoba bono di kawasan ini, yang pasti akan membuat adrenalin anda mengalir deras. Kecamatan Teluk Meranti dapat diakses melalui jalan darat sekitar Lima jam perjalanan dari kota Pekanbaru. Rute yang akan dilewati merupakan jalan nasional yang menghubungkan antara kota Pekanbaru dengan Ibukota Kabupaten Pelalawan yaitu Pangkalan Kerinci, dari sini perjalanan memakan waktu tiga jam menuju Kecamatan Teluk Meranti, atau yang lebih dikenal dengan Semenanjung Kampar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 comments:
Kpn2 main kesanalah..
Posting Komentar