XPDC 12-12 | Part 1
Hari Pertama | Rabu (29/12) merupakan saat keberangkatan Tim Discovery First Mountain in Riau. Seluruh aktivitas mempersiapankan segala sesuatunya digegas yang di mulai tepatpada pukul 10.00 wib. Suasana sekretarian River Defender (RD) pun tampakseperti pasar dadakan, 9 (sembilan) orang yang tergabung dalam tim sibuk mempersipakan segala sesuatunya. Mulai dari perlengkapan tim, medis, logistic dan dokumentasi. Banyak juga bantuan dari teman-teman yang lain.
Akhirnya tepat pada pukul 13.00 Wib segala sesuatunya kelar sudah. Upacara pelepasanpun berlangsung tepat di halaman depan Sekretariat RD yang juga merupakan Kantor Telapak BT Riau. Dengan kondisi hujan yang turun rintik-rintik, upacara pelepasan berjalan dengan hikmat. Diawali dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya diikuti oleh seluruh peserta yang hadir. Zainuri Hasim yang juga Ketua Telapak Badan Teritori (BT) Riau memipin upacara tersebut. Dalam kata sambutannya beliau mengatatakan sedikit cemas bercampur gregetan. Cemas dikarenakan kondisi saat ini musim hujan takut kalau terjadi sesuatu, gregetan karena tidak bisa ikut dalam XPDC ini.
"Terus terang melihat kalian berdiri gagah dengan menyandang tas seperti itu membuat saya sedikit cemas bercampur gregetan. Saya cemas karena keberangkatan kalian ini di musim penghujan, takut kalau terjadi sesuatu. Greregtannya lumayan banyak, karena terus terang saya iri dengan kalian karena tidak bisa ikut dalam petualangan ini. Kerana XPDC ini menyampaikan banyak makna, dengan misi untuk kebaikan alam”. Ujar Zen sapaan akrabnya!
Upacara pelepasan diakhiri dengan menyanyikan lagu Padamu Negeri yang dipimpin langsung oleh Zen diikuti dengan doa bersama. Setelah itu seluruh perlengkapan yang ada siap untuk dikemas. 2 (dua) unit mobil four wheel drive (4x4) Hi-line dan Jimny merah telah menanti. Kamipun memulai perjalanan dari Pekanbaru tepat pada pukul 13.30 Wib menuju Desa Gema yang terletak di Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar.
Selama perjalanan menuju Teratak Buluh, kami menemui masyarakat meminta sumbangan sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat Kampar Kiri Hulu yang mengalami bencana banjir beberapa bulan lalu. Dan kami lagi-lagi melihat beberapa rumah masyarakat terendam banjir di daerah Lubuk Sakat akibat hujan kemarin malam.
Tanpa terasa perjalanan kami memasuki Desa Gema. Membutuhkan 2.5 jam perjalanan untuk sampai di Desa Gema tersebut dari pusat kota Pekanbaru. Tepat pukul 15.30 wib kami memasuki Desa Domo, hamparan lahan dan perbukitan terlihat jelas da
n menyejukkan mata kami, yang sedari tadi melihat jalan dengan pemandangan yang monoton. Setengah jam perjalanan memasuki Desa Domo ini, kami kemudian memasuki perbatasan Desa Pulau Pencong. Begitu sejuk dan bersihnya udara disini, nafas bisa kami hirup dengan sangat dalam. Dan ini menandakan betapa oksigen disini masih sangat banyak terasa.
Perjalanan kami kami sedikit terhenti karena harus menyeberangi sungai dengan jasa penyeberangan menyeberangi sungai dengan jasa yang di kelola oleh Desa Sungai Pencong. Devi (20) yang merupakan masyarakat Desa Pencong menyatakan bahwa dengan adanya alat penyebrangan ini masyarakat menjadi sangat terbantu untuk menuju Desa seberang yang merupakan akses menuju kota. Dengan membayar Rp. 30.000,- untuk Mobil dan Rp. 5.000,- untuk sepeda motor. Dan tak terasa kami telah berhasil menyeberangi sungai tersebut yang termasuk dalam kawasan hulu sungai kampar.
Adrenaline kami mulai terpacu saat mendaki dan menuruni bukit-bukit kecil yang ada di Desa Sungai Pencong. Dengan kondisi jalan yang seadanya, mobil yang kami tumpangi merangkak pelan mendaki bukit-bukit kecil tersebut. Kendaraan Jimny Merah dan Hi-line mesti terhenti di tepian Sungai Santi dengan berjalan kaki karena titik terakhir yang bisa diraih dengan kendaraan roda empat.
0 comments:
Posting Komentar