Minggu, 06 Juni 2010

Hulu Kampar telah berubah


Apa yang anda bayangkan jika anda diminta turut serta dalam sebuah ekspedisi penyusuran sungai di Sumatera? Bagi yang belum paham benar mungkin yang terbayang adalah kawasan hutan lebat di kiri-kanan sungai yang diarungi. Begitu pun dengan saya. Saat saya diajak turut serta, saya membayangkan akan merasakan suasana hutan belantara yang terbelah oleh sungai. Setelah saya mencobanya … ternyata situasinya jauh berbeda. Suasana liar dan alami yang saya bayangkan ternyata hanya bayang2 semu.

Beberapa teman baik mengundang saya untuk terlibat dalam ekspedisi penyusuran Sungai Kampar di Propinsi Riau. Bagi saya ini adalah sebuah kesempatan langka yang saying jika harus ditolak. Ada kerinduan dalam diri saya untuk kembali bertualang. Tawaran bertualang di aliran sungai yang panjangnya ratusan kilometer ini akhirnya saya terima.

Dari sebuah desa kecil di Kecamatan Kampar Kiri Hulu, akhirnya saya bergabung dengan tim ekspedisi susur Kampar yang menamakan dirinya River Defender. Akhirnya di desa ini, Desa Kuntu, saya memulai perjalanan petualangan ini.

Sepanjang perjalanan saya selalu berharap dapat melintas diantara rerimbunan hutan tepian sungai. Namun harapan saya ternyata tidak terpenuhi. Sepanjang perjalanan saya hanya menyaksikan kondisi tepian sungai yang telah berubah menjadi kebun. Daerah tepian sungai ini tenyata sudah berubah. Nyaris tak ada satupun hutan yang saya temui. Sepanjang kiri-kanan sungai telah berubah menjadi kebun-kebun karet dan kelapa sawit. Saya belum melihat adanya hutan sama sekali. Tepi sungainya penuh dengan runtuhan tanah akibat terjangan arus air.  

Air sungai yang di bagian hilirnya menjadi Sungai Kampar ini terlihat keruh oleh tanah dengan warna coklat susu. Seorang kawan anggota River Defender menyebutkan bahwa keruhnya air di sungai ini besar kemungkinannya disebabkan oleh meningkatnya aktivitas penambangan pasir dan batu (sirtu). Menurutnya kekeruhan air di bagian hilir lokasi penambangan selalu lebih tinggi dibandingkan hulunya. Hmmm … masuk akal juga saya rasa. Sepanjang penyusuran sungai hari ini saya menjumpai beberapa lokasi penambangan sirtu ini. Bahkan aktivitas penambangan ini dilakukan dengan menggunakan alat berat seperti excavator. Saya melihat sendiri betapa ganasnya alat keruk bermesin ini bekerja di tepian sungai.

Pengalaman menyaksikan aktivitas penambangan pasir di tepian Sungai Kampar ini masih belum seberapa. Beberapa saat setelah perahu kami merapat di Desa Rakit Gadang, kami langsung mendengar keluh-kesah warga setempat. Bukan soal keruhnya air. Tapi ini soal pencemaran bahan kimia berbahaya yang disebut merkuri. Sebuah anak sungai kecil yang mengalir ke sungai ini ternyata membawa bahan pencemar beracun ini. Sungai kecil itu bernama Sungai Sengingi. Warga setempat mengatakan bahwa racun tersebut berasal dari kegiatan penambangan emas di wilayah hulu Sungai Sengingi itu. Akibatnya kini warga setempat tak lagi dapat menggunakan air sungai untuk sumber air minum dan mandi. Banyak ikan yang mati keracunan dan banyak juga warga yang gatal-gatal terkena air tercemar itu.

Ternyata … wilayah hulu Sungai Kampar telah berubah. Tak hanya hutan yang hilang, tapi juga air yang keruh dan tercemar merkuri. Arrrrgghhh!!!

[dituliskan oleh salah seorang anggota tim Susur Kampar]

4 comments:

Rita mengatakan...

selamat jalan-jalan susur sungai buat teman-teman river defender. nggak kebayang betapa panas teriknya berada beberapa jam di atas perahu. kebayarlah dengan pengalaman yg didapat!

apakah para pengusaha sirtu ini memiliki organisasi tertentu? seperti kasus di sungai serayu, sirtu adalah persoalan besar karena mendorong erosi dan mengubah fisik sungai. siapa yg dirugikan dengan adanya kegiatan sirtu ini? dan siapa yg diuntungkan, selain para pengusahanya tentunya?

Suka-suka !! mengatakan...

jangankan sungai yang sudah tercemar, masyarakat yang tinggal di sekitar pun sudah banyak menderita akibat pertambangan tersebut...

aku pernah mendengar kisah penderitaan masyarakat adat dari desa kuntu, aku cukup terenyuh... semoga hasil negosiasi antara masyarakat adat setempat dan pihak perusahaan dapat mendapatkan hasil yang memuaskan, karena berangkat dari hal tersebut maka akan berdampak pada keberlangsungan ekosistem di sekitarnya...

hari the blacket mengatakan...

adakah solusi untuk mengatasi pencemaran DAS kampar dari tim River defender. segeralh lakukan sesuatu untuk mengatasi pemcemaran Das kampar.

Anonim mengatakan...

gmana mau kita selesaikan kalo pejabat daerah dan provinsi sudah terkena virus KORUPSI, aksi sogok menyogok para pejabat daerah dlm hal penambangan maupun Perhutanan....nyok kite cari orang-orang alim/orang shalih buat doakan mereka para pejabat dan pengusaha yg maen sogok biar cepet MATI....AMIIN....!!!!

Posting Komentar